Bedah Buku Cerpen di SMAN 1 Tembuku

*Dekan FBS UPMI Bali: Jangan Minder dalam Berliterasi

DEKAN Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPPMI) Bali, Dr. I Made Sujaya, S.S., M.Hum. menegaskan dalam menggerakkan literasi siswa dan guru, sekolah-sekolah di desa tidak perlu merasa minder atau malah inferior hanya karena lokasi sekolah mereka di pinggiran. Dengan akses informasi yang terbuka dan bebas, baik siswa dan guru di kota maupun di desa memiliki kesempatan yang sama dalam berliterasi. Bahkan, bukan tidak mungkin siswa dan guru di desa bisa lebih literat daripada siswa dan guru di kota.

Pandangan itu disampaikan Sujaya saat menjadi narasumber dalam kegiatan Bedah Buku dan Seminar Inovasi Pendidikan di SMAN 1 Tembuku, Bangli, Kamis, 23 Januari 2025. Sujaya didapuk membedah buku kumpulan cerpen karya siswa dan guru sekolah setempat bertajuk Kisah Imajinatif Dosmaku (Nyalanesia, 2024). Selain Sujaya, turut tampil sebagai pembicara, yakni Rektor Institut Teknologi dan Pendidikan (ITP) Markandeya, Bangli, Dr. I Wayan Numertayasa, S.Pd., M.Pd.

I Made Sujaya menjadi narasumber bedah buku di SMAN1 Tembuku, Bangli

“Buku yang dibedah hari ini membuktikan bahwa meskipun berlokasi di desa, di pinggiran Kabupaten Bangli, siswa dan guru di SMAN 1 Tembuku juga mampu seperti siswa dan guru di kota,” tegas Sujaya.

Namun, Sujaya juga mengingatkan, literasi membutuhkan kesungguhan, ketekunan, dan kesabaran. Literasi bukan sekadar membaca dan menulis, tetapi yang jauh lebih penting bagaimana siswa dan guru mampu menggali, memaknai, mengkaji dan merespons ilmu pengetahuan dari berbagai sumber untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

“Literasi itu berkaitan erat dengan kesediaan untuk belajar sepanjang hayat. Itu sebabnya, buku yang dihasilkan dalam kegiatan literasi, mesti dipandang sebagai titik awal untuk makin sungguh-sungguh, tekun, dan sabar dalam belajar menulis,” kata Sujaya.

Menurut Sujaya, buku Kisah Imajinatif Dosmaku memang patut diapresiasi sebagai upaya mendekatkan siswa dengan karya sastra, khususnya cerpen. Selain itu, buku ini juga dokumentasi hasil karya siswa dan guru dalam proses mereka berliterasi.

Namun, Sujaya yang juga dosen sastra di Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah (PBID), FBS, UPMI Bali menilai cerpen-cerpen dalam buku itu masih membutuhkan pengendapan secara tematik, pematangan secara teknik dan pengayaan dari segi bahasa. “Para pengarang pemula memang perlu banyak membaca cerpen-cerpen bagus karya pengarang-pengarang mapan, baik di Indonesia maupun dunia. Literasi itu sesungguhnya membaca dahulu, mengarang kemudian,” tandas Sujaya.

Menurut Kepala SMAN 1 Tembuku, I Komang Warsa, S.Pd., M.Si., M.Pd., kegiatan bedah buku dan seminar ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan mutu sekolah serta rangkaian kegiatan perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-27 SMAN 1 Tembuku. Kegiatan literasi sudah menjadi tradisi tiap perayaan HUT sejak dua tahun terakhir.

“Sesederhana apa pun pikiran anak-anak kami wajib kami hargai sebagai bentuk motivasi dan apresiasi kami sekalipun banyak kekurangan tetapi yakin ada satu kelebihan yakni keberanian untuk menuliskan pikirannya,” kata Warsa. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *