ORANGNYA manis dan murah senyum, ramah pula. Walau begitu jangan coba macam-macam, karena ia menguasai banyak jurus untuk bela diri. Begitulah Khoirurisma Agustin, si pendekar wanita dari kampus Universitas PGRI Mahadewa Indonesia. Lalu mengapa ia mengatakan ketika pengalaman pertama dulu, ia sampai keluar keringat dingin?
Ternyata saat memutuskan untuk berani mencoba mengikuti pertandingan dulu, ia tak hanya dag dig dug tetapi benar-benar merasa takut hingga keluar keringat dingin.
“Pengalaman itu membuat saya kurang maksimal saat turun lapangan, sampai-sampai saya kecewa dan menangis. Nah, saat itu juga ada salah satu lawan saya ternyata dia malah menangis kencang dan meninggalkan lapangan saat gilirannya bertanding. Saat itulah saya berfikir saya ternyata sudah melakukan yg terbaik dengan tidak meninggalkan pertandingan dan terus menghadapinya hingga selesai walaupun terasa sangat menegangkan dan nervous luar biasa saya rasakan,” cerita Agustin.
Mulai tertarik dan menekuni wushu sejak kenaikan kelas VI SD, mahasiswi semester III Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah UPMI Bali ini sudah cukup banyak menjajal arena pertandingan baik di daerah Bali sampai tingkat nasional. Paling anyar, ia menyabet tiga gelar Juara I sekaligus, saat Kejuaraan Terbuka Wushu Pelajar dan Mahasiswa tingkat Nasional, “Wugames Universitas Indonesia Tahun 2024” di Balairung UI, Depok, Jawa Barat, 6 hingga 10 November lalu. Agustin Berjaya di kategori perempuan untuk nando ziquan, nanguan ziquan, dan nangun ziquan.
Dara kelahiran Badung, 10 Agustus ini mengaku sesungguhnya dulu tidak ada tidak ada niatan atau ketertarikan khusus dari wushu. Hanya karena dulu merasa gendut dan perlu berolahraga, ia merasa harus memilih. Dalam amatannya, wushu cocok untuk menurunkan berat badan tanpa harus menaikkan masa otot yang berlebih.
“Kesulitannya banyak sekali, dari latihan fisik yang berbeda dari olahraga beladiri lainnya. Selain itu saya harus memperlajari nama-nama dari setiap gerakan yang akan dipelajari dalam wushu. Karena wushu berasal dari Cina, jadi banyak sekali istilah dalam bahasa mandarin yang harus saya tahu,” pungkasnya.
Di luar kesibukan kuliah dan menggeluti wushu, Agustin masih menyempatkan untuk membaca komik sebagai hobi. Ia pun tertarik mengikuti kegiatan jurnalistik di kampus. Lebih dari itu ia bertekad kuat untuk mewujudkan keinginannya menjadi seorang guru, pengajar atau tutor yang baik. (ADN)