Andika Prayatna : MAJUKAN SENI UANG KEPENG BALI, DARI LOKAL KE GLOBAL

SOSOK yang satu ini adalah seorang pengrajin dan seniman asal Klungkung, Bali, yang telah aktif dalam industri kerajinan uang kepeng sejak tahun 2004. Inspirasi utamanya untuk memulai membuat uang kepeng menjadi sebuah kerajinan seperti, lamak ini datang dari kebutuhan akan uang kepeng dalam upacara adat di Bali serta dukungan dari inisiatif pemerintah setempat pada tahun 2003.

Proses pembuatan kerajinan uang kepeng yang dilakukan Andika mulai dari pencetakan logam cair pada suhu tinggi, diikuti dengan tahap finishing untuk menciptakan tampilan antik yang unik. Andika telah menghadirkan karya-karyanya dalam berbagai pameran seni, termasuk di Eropa, yang didukung oleh pemerintah dan menerima tanggapan positif dari pasar internasional.

Andika mengaku inspirasi utamanya muncul setelah melihat kebutuhan upacara di Bali yang banyak menggunakan uang kepeng. Selain itu, ide ini juga didorong oleh gagasan pemerintah Bali pada tahun 2003 melalui SK Gubernur, Pak Dewa Berata. Pemerintah melihat potensi besar dalam uang kepeng sebagai bagian dari budaya Bali yang dapat diangkat menjadi kerajinan bernilai ekonomi.

“Proses pembuatan uang kepeng memiliki nilai historis yang dalam dan teknis yang menarik bagi saya. Dari mencari dan memilih bahan baku yang tepat hingga menghasilkan produk akhir yang estetis dan fungsional, setiap langkah dalam proses ini membutuhkan keahlian dan dedikasi yang tinggi,” jelas Andika.

Dalam mengerjakan kerajinan uang kepeng, Andika memilih cetakan berdasarkan desain yang diinginkan dan kebutuhan. Setiap cetakan harus dipersiapkan dengan teliti untuk memastikan hasil pengecoran yang presisi dan konsisten. Ia juga melakukan perawatan rutin pada cetakan untuk memastikan kualitas uang kepeng yang optimal.

“Tantangan terbesar saat ini adalah ketersediaan sumber daya manusia. Jumlah karyawan saya berkurang menjadi 28 orang sejak pandemi. Selain itu, fluktuasi harga bahan baku juga menjadi tantangan, meskipun kami menggunakan limbah logam yang terkadang harga pemasarannya bisa naik atau stabil,” tutur Andika.

Mengatasi hal itu, Andika berupaya mengoptimalkan proses produksi dengan efisiensi tinggi dan pelatihan untuk karyawan agar dapat bekerja dengan lebih efektif. Selain itu, ia juga melakukan kontrol kualitas yang ketat untuk memastikan setiap uang kepeng yang dihasilkan memenuhi standar yang tinggi.

Kiprah Andika dalam menjaga keberlangsungan seni uang kepeng tak hanya dalam skala lokal maupun nasional, tetapi juga global. Ia bahkan pernah mengikuti pameran di Eropa selama sebulan, didukung oleh pemerintah serta Kementerian di Jakarta.

“Tanggapan dari pasar internasional sangat positif, banyak yang mengapresiasi keunikan dan nilai budaya dari kerajinan uang kepeng ini. Saya selalu mencari peluang untuk memperluas pasar internasional. Pameran di Eropa adalah salah satu langkah awal, dan saya berharap bisa mengikutinya lagi di masa depan,” ujarnya.

Andika pun menyebutkan strategi yang ia terapkan seperti meningkatkan kualitas uang kepeng, inovasi desain, serta penggunaan media sosial dan platform e-commerce untuk menjangkau pelanggan global.

Pemunculan media sosial, baginya sangat membangu dan efektif dalam memperluas jangkauan promosi. Jika dulu pada tahun 2004 dan 2005 saya lebih banyak bergantung pada penyebaran informasi melalui kartu nama, sekarang media sosial memungkinkan saya untuk mencapai audiens yang lebih luas dan berinteraksi langsung dengan pelanggan potensial. (DENIA)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *